Minggu, 11 November 2018

Mereka Yang Tak Mengerti


            Usiaku 17 tahun, namaku ana. Sudah sejak umur 12 tahun aku memasuki pesantren AL-IKHLASH sudah 6 tahun berjalan aku tinggal di pesantren akan tetapi hal yang paling ku suka di pesantren adalah seperti halnya canda tawa dengan teman terdekat (hobi anak pesantren) tak peduli apa yang mereka jadikan topik (gosip) apa lagi jika mereka cerita tentang santri putra, aduhhh serunya mintak ampun (termasuk temanku yang lagi jatuh cinta) hehehehe….
sebelum 6 tahun berjalan (kelas 3 smp) aku slalu merasa rendah hati, lemah dan kurang percaya diri, akan tetapi semua itu mengajarkanku menjadi lebih baik setelah lulus smp .
            Kini aku mulai mengerti akan sebuah arti tentang persaudaraan juga tentang kasih syangnya mereka sesama lain, pada saat itulah aku mulai menyayangi mereka yang berada jauh dariku. Aku terlahir dari seorang ibu juga dari seorang ayah yang penuh perjuangan, akan tetapi semua itu tak tersangka akan terjadi seperti ini, jauh, jenuh, sepi, rindu… Sakit rasanya terpisah dari saudaraku… Saat umurku 6 tahun aku pun juga jauh dari ibuku lagi… aku terlahir dari ibu yang meninggalkanku sejak aku lahir, akan tetapi ayahku masih bersama saudaraku (kakak laki”) aku merasa menjadi anak yang kurang baik buat orang tuaku yang sekarang. Bisa di sebut aku telah diadopsi beberapa kali karna telah pergi jauh bahkan tak terlihat sama sekali, jujur aku tak tahu nama ibuku bapakku, akan tetapi aku tahu mereka siapaku, saat ibu pergi…. Saat itulah aku telah di adopsi yang pertama kali, di adopsi oleh seorang ibu dan ayah yang masih utuh, akan tetapi mereka tak memiliki anak kecuali aku (satu”nya anak teradopsi).
            setelah umurku 5 tahun kini aku akan merasakan akan sepinya dunia ini tanpa ibu lagi, sebelum aku tahu dia sakit tumor perut, aku selalu mengatakan bahwa aku akan memiliki dedek bayi (sebelumnya aku juga belum tahu dia bukan ibu kandungku) selalu dan selalu mngatakn seperti itu. Ambulan ruma sakit selalu mendatangi rumahku dan itu untuk ibu ku yang saat itu sedang sakit…
Setelah beberapa bulan lalu saat itulah aku tahu bahwa ibuku telah pergi lagi meninggalkanku, aku salu menanyakan pada sang ayah “yah kemana ibu sekarang kok blum pulang-pulang?” ayahku bersedih ketika aku menanyakan hal itu padanya, ayah menjawab dengan gugup dan sabar “ibu nanti akan pulang nak!” aku pun menyakannya lagi setelah malam tiba, sebelumnya ayahku tadi juga mengatakan “ibu mu masih mengaji bersama teman”nya di surga”.
Saat malam tiba, aku terbangun dari tidurku yang selalu menanyakan ibu di mana dalam mimpi tidurku, dan itu membangunkanku dalam tidur yang sedang menunggu ibu pulang. Aku bertanya kepada ayahku lagi “yah!! Dimana ibu pergi.. sudah lewat jam 10 kok belum juga datang” (sambil mengantuk) ayah pun menjawab hal yang sama “ibu mu belum pulang nak!!! Kemungkinan besok pagi “ dan sampai akhirnya aku tertidur lagi. Setelah 2 tahun itu aku mulai memasuki sekolah SD pada umur itu juga aku teradopsi lagi oleh orang tua yang masih utuh akan tetapi sampai umur 16 tahun ini….. aku belum tahu jelas bagaimana cerita hidupku. Aku selalu takut menanyakan bagaimana aku dan seperti apa aku dulu hingga sekarang, aku tahu akan ada waktunya untukku bertanya tentang hal itu.
Aku bersyukur telah terasuh oleh orang tua yang masih mau merawatku dengan baik sampai saat ini hingga menjadi 6 tahun aku telah di kirim ke pesantren itu hingga jadi aku yang seperi ini. Aku selalu merasa iri dengan mereka yang telah di kunjung dengan orang tua mereka masing-masing, yang terkadang air mata ini selau menetes ke pipiku, akan tetapi mereka terkadang selalu merasa kekurangan atas harta (uang saku) mereka, terkadang hatiku ingin menjerit menanngis sekeras mungkin. Beberapa hari telah berlalu yang terkadang aku selalu melihat mereka yang di kunjung oleh orang tua mereka, hatiku selalu berkata “subhanallah, betapa senangnya mereka yang selalu tersayang oleh orang tua mereka sendiri” menatap mereka yang sedang dicium oleh orang tua mereka, betapa irinya hatiku.
Suatu hari saat itulah aku sendiri yang duduk di bangku sekolahku, tapi kenapa mereka selalu menggangguku dengan rasa jenuhku, aku malas jika meraka mendekatiku. Di tengah-tengah lamunan ku dia (ayin temanku) membuatku kaget lalu dia bertanya kepadaku “kenapa kamu?” aku ingin menjerit rasanya seolah-olah bibirnya sok perhatian kepadaku padahal tidak sama sekali, balasan dari perkataannya “aku hanya saja iri dengan mu yang selalu merasa tersayang oleh orang tuamu, betapa syukurnya dirimu. Tapi kenapa kamu selalu saja merasa kekurangan” dia juga menjawab perkataanku “kamu itu kurang apa? Uang, maupun yang lain juga selalu ada. Kenapa justru kamu yang iri kepadaku?” jawabanku sedikit merasa kesal “justru itu kasih sayang orang tua lebih berhaga dari pada harta”. Dia pun menceritakan kepada teman-temannya dengan asal ngomong. Saat itulah aku mendengar perkataaan yang tak seharusnya keluar dari mulut ayin. Aku hanya bisa terdiam dan ingin menangis, seolah-olah aku ingin mendekati teman laki-lakiku, ingin rasanya tangisanku tersandar olehnya. Aku selalu ingin memberitahu tentangnya bahwa dia selalu merasa kekurangan dan merasa iri pada orang lain. Jadilah santri yang bersyukur menerima apa adanya, semua berharga bukan dari harta akan tetapi dari kasih sayang orang tua, kuatkan hati tuk menjadi orang yang bisa berusaha dalam keadaan yang menjadi takdir. Titik dari keberhasilan adalah pernah merasakan kegagalan, sebelum berhasil .

7 komentar: